Jangan hanya meminta dan berbagi maaf saat Idul Fitri saja. Menurut psikolog, ternyata memberikan maaf itu menyehatkan, baik secara fisik maupun mental.
“Rasa marah, benci, dan dendam yang dipertahankan dalam hati akan berpengaruh besar terhadap kesehatan mental, juga berimbas pada kesehatan fisik,” kata Psikolog dari Univesitas Islam Bandung, Ice Shofiyyatulloh.
Kesehatan mental sendiri didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, serta lingkungan di mana dia hidup dan berinteraksi. “Bila dalam diri seseorang tersimpan emosi negatif, tentu ini akan menghambat kemampuan individu menyesuaikan diri,” kata Ice.
Menyimpan rasa marah, katanya, secara psikologis membuat diri sendiri tidak tenteram dan orang lain pun merasa tak nyaman. Seseorang yang tidak memiliki ketenteraman batin atau ketenangan, biasanya fisiknya mudah lelah.
“Sebab emosi negatif berpengaruh besar pada sistem kerja organ tubuh yang mengakibatkan seseorang mengalami masalah kesehatan,” jelasnya.
Berbagai masalah kesehatan berpotensi muncul jika hati dipenuhi emosi negatif. Salah satunya stres. Kemudian, rasa tidak nyaman ini bakal berimbas pada lingkungan sekitar.
“Bila seseorang sudah mulai tidak mampu memberikan rasa nyaman pada lingkungan, otomatis kesehatan fisik dan mentalnya akan terganggu,” ujar Ice.
Memelihara emosi negatif juga bisa menyebabkan terganggunya kesehatan fisik, seperti munculnya penyakit jantung, maag, asma, gangguan kulit (jerawat), liver dan berbagai penyakit lain. “Jadi ada korelasi tinggi antara menyimpan emosi negatif dengan munculnya berbagai penyakit fisik,” tambah Ice.
Perilaku individu juga akan terpengaruh. “Mereka jelas tidak adaptable dengan diri sendiri dan lingkungan. Sebab, akan muncul emosi lain yaitu rasa malu, khawatir, sedih, dan takut sebagai akibat munculnya penyakit fisik,” tandasnya.
Dalam situasi seperti itu, perilaku yang tampak adalah tidak menemukan harmoni dengan orang lain. Alhasil, individu penyimpan rasa marah cenderung menarik diri dari lingkungannya atau justru sebaliknya, lebih agresif terhadap lingkungan dalam rangka melindungi dirinya.
Cara terbaik untuk keluar dari masalah tersebut, lanjut Ice, adalah dengan memaafkan kesalahan orang lain. Mungkin bagi sebagian orang memaafkan tidak mudah, tapi sebenarnya gampang jika ingin dilakukan.
“Menulis kata memaafkan saja sudah membawa rasa tenang dan tenteram di hati, apalagi mengucapkan secara verbal dan mengaplikasikannya,” tambah konsultan psikologi lepas ini.
Menurut dia, memaafkan itu bukan memaklumi, melupakan, pembenaran, ataupun menenangkan diri. “Memaafkan adalah proses untuk kembali pada kondisi nol seperti sebelum terjadi apa-apa. Dia akan kembali merasa tenang, harmoni, tidak terpicu atau terstimulasi lagi oleh masalah yang telah lewat meski ia tidak melupakannya tetapi dirinya tetap tenang,” urainya.
Di sinilah, mengapa orang-orang yang mudah memaafkan hatinya selalu bahagia. Jika hati bahagia, jiwanya merasa tenang, tenteram dan tidak dihantui rasa marah. Secara otomatis mentalnya akan sehat. Itulah makna besar yang terkandung dalam ritual saling memaafkan.
Ice berbagi tips mudah memaafkan. Kata dia, tanamkan dalam diri, tidak ada untungnya memelihara rasa marah, benci dan dendam. Tidak ada masalah dan persoalan apa pun yang selesai dengan kemarahan, kebencian, dan dendam. “Justru yang ada, perasaan tersebut akan merusak diri sendiri, baik fisik maupun mental,” tegasnya.